Padang, 1 Oktober 2025 | Peringatan Hari Jadi Provinsi Sumatera Barat ke-80 tidak hanya disambut dengan perayaan seremonial dan doa bersama, tetapi juga menjadi ruang refleksi bagi berbagai kalangan. Salah satunya datang dari kalangan mahasiswa. Presiden Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, Hidayatul Fikri, menyuarakan pandangannya tentang pentingnya evaluasi pembangunan daerah yang dinilai belum maksimal.
Menurut Fikri, momentum hari jadi ini harus dijadikan ajang untuk menilai sejauh mana Sumatera Barat mampu bersaing dengan provinsi lain, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, maupun pemerataan pembangunan.
“Kita tidak boleh hanya larut dalam perayaan. Hari jadi harus dimaknai sebagai titik evaluasi. Apakah pembangunan Sumatera Barat sudah menjawab kebutuhan rakyat? Apakah strategi yang dijalankan sudah tepat sasaran?” ujar Fikri ketika ditemui di Padang, Rabu (1/10).
Data Ekonomi Jadi Cermin
Hidayatul menyinggung data terkini yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2024, perekonomian Sumatera Barat tumbuh 4,36 persen (c-to-c), sedikit tertinggal dari angka pertumbuhan nasional sebesar 5,02 persen. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tercatat mencapai Rp332,94 triliun, dengan PDRB per kapita sebesar Rp57,05 juta.
(sumber: sumbar.bps.go.id)
Selain itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2025 tercatat sebesar 5,69 persen. Angka ini memang turun dibandingkan tahun sebelumnya, namun tetap menjadi tanda bahwa lapangan kerja di Sumbar belum sepenuhnya mampu menyerap angkatan kerja yang terus bertambah.
(sumber: sumbar.bps.go.id)
“Data ini menunjukkan bahwa kita masih punya pekerjaan rumah besar. Pertumbuhan ekonomi belum cukup untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara merata. Pemerintah daerah perlu fokus pada sektor-sektor strategis yang berdampak langsung, seperti UMKM, pertanian, pariwisata, dan digitalisasi ekonomi,” tegasnya.
Peran Pemuda dan Mahasiswa
Tidak hanya menyampaikan kritik, Fikri juga menekankan bahwa percepatan pembangunan tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Kalangan muda, khususnya mahasiswa, harus berperan aktif dalam proses perencanaan dan pengawasan pembangunan.
“Generasi muda tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus terlibat, menyumbangkan ide, inovasi, dan menjadi penggerak. Dengan potensi besar yang dimiliki, pemuda bisa menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun Sumatera Barat,” ungkapnya.
Momentum Introspeksi
Di akhir pesannya, Hidayatul berharap agar Hari Jadi Sumatera Barat ke-80 dijadikan sebagai momentum introspeksi, bukan sekadar perayaan tahunan.
“Hari jadi harus kita jadikan refleksi kolektif. Sudah sejauh mana kita melangkah, apa yang masih tertinggal, dan bagaimana strategi untuk memperbaiki ke depan. Dengan evaluasi kritis dan komitmen bersama, Sumatera Barat bisa bergerak lebih cepat menuju kemajuan,” tutupnya.
Dengan penekanan pada data, refleksi kritis, dan pandangan mahasiswa, berita ini akan lebih kuat untuk dipublikasikan di media daring karena tidak hanya informatif tetapi juga menghadirkan suara generasi muda sebagai representasi harapan daerah.
TIM