Bali, Shootlinenews.com–
Wakil Bupati Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) bersama Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Audy Joinaldy melakukan study banding tentang penangangan stunting ke Denpasar Bali, Jumat (26/5). Dari Kabupaten Pasaman Barat, ikut mendampingi Wakil Bupati Risnawanto yakni Kepala Bapelitbangda Harnina Syaputri, DPPKBP3A, Dinas Kesehatan dan OPD terkait dalam percepatan penanganan stunting.
Study banding tersebut juga diikuti oleh Wakil Bupati Pesisir Selatan, Wakil Walikota Bukittingi, Wakil Bupati Padang Pariaman, Wakil Walikota Pariaman, Wakil Bupati Pasaman, Wakil Walikota Sawahlunto, Wakil Walikota Padang Panjang, dan Sekda Kabupaten Lima Puluh Kota.
Rombongan study banding diterima langsung oleh Wakil Walikota Denpasar Provinsi Bali, Kadek Agus Arya Wibawa. Dalam paparannya ia menyampaikan bahwa Kota Denpasar mempunyai luas wilayah sebesar 127, 78 km² dan memiliki 4 Kecamatan dengan 43 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk kota denpasar pada tahun 2022 adalah sebesar 726,8 ribu jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 5,770 jiwa/km².
“Komitmen Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya percepatan penurunan stunting ditunjukkan dengan penandatangan komitmen Walikota, Camat dan juga OPD-OPD terkait yang kemudian diwujudkan dalam upaya konvergensi pelaksanaan program-program kegiatan yang difokuskan di lokasi (lokus) stunting,” kata Kadek Agus Arya Wibawa.
Ia menyebutkan, tingkat Prevalensi Balita Stunted Provinsi Bali menurut SSGI tahun 2021 adalah sebesar 10,9 dan ditargetkan mencapai tingkat prevalensi sebesar 9,28 tahun 2022. Pada akhirnya kota Denpasar dapat mencapai tingkat prevalensi 5,5 melebihi target yang ditentukan, sekaligus mencapai tingkat prevalensi terendah di Provinsi Bali.
Penentuan Keluarga Beresiko Stunting Provinsi Bali hasil verval KRS BKKBN tahun 2022 didasarkan pada penapisan fasilitas lingkungan yang tidak sehat dan juga kondisi Pasangan Usia Subur, kondisi lingkungan yang tidak sehat yaitu keluarga yang mempunyai sumber air minum yang tidak layak dan tidak memiliki jamban yang layak. Kondisi PUS 4T meliputi, terlalu tua (usia di atas 35 tahun), terlalu muda (usia dibawah 21 tahun), terlalu banyak anak, terlalu dekat (jarak usia dalam satu keluarga). Jumlah keluarga beresiko di kota Denpasar adalah sebesar 30,040 keluarga.
“Data Keluarga Beresiko Stunting inilah yang nantinya akan menjadi acuan dalam pelaksanaan pendampingan dan juga audit kasus stunting,” katanya.
Ia menyebutkan, program dan kegiatan percepatan penurunan stunting meliputi penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas pelaksanaan, peningkatan kualitas pemantauan, evaluasi dan pelaporan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
“Untuk Program kegiatan Dinas Kesehatan, yaitu pemberian tambahan asupan gizi untuk ibu hamil kurang energi kronik, Pemberian TTD bagi ibu hamil di masa kehamilan, Pemberian TTD bagi remaja putri, memastikan bayi kurang dari 6 bulan mengkonsumsi ASI Eksklusif, Me2mastikan anak usia 6-23 bulan mendapat makanan pendamping ASI, memastikan anak usia di bawah 5 tahun gizi buruk nendapatkan pelayanan tata laksana gizi buruk, memastikan anak usia di bawah 5 tahun dipantau pertumbuhan dan perkembangannya. memastikan anak dibawah usia 5 tahun memperoleh imunisasi dasar lengkap,” jelasnya.
Sedangkan untuk program kegiatan Dinas PUPR lanjutnya, pembangunan sarana air bersih, pembangunan sanitasi, pembangunan drainase pemukiman. Program kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pengasuhan stimulasi penanganan stunting bagi Guru Paud di kota Denpasar. Menghasilkan 80 orang guru terlatih dari 4 kecamatan di kota Denpasar.
Selanjutnya untuk program kegiatan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan, yakni memastikan ketercukupan ketersediaan pangan, pembinaan masyarakat mengenai penganekaragaman pangan melalui penyediaan bibit tanaman dan juga pembagian paket sayuran dan ikan difokuskan di desa yang bekerjasama dengan PKK.
“Untuk program kegiatan Dinas Sosial, yaitu pelaksanaan program keluarga harapan PKH), pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program kegiatan Dinas P3AP2KB, Pendampingan calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca salin dan baduta yang dilaksanakan oleh tim pendamping keluarga (TPK). Pembagian kit stunting untuk kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) di kelurahan, pemberian Kit Siap Nikah untuk PIK M/R, pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), pelaksanaan kegiatan pembinaan KB di fasilitas kesehatan, pelaksanaan audit kasus stuntin, pelaksanaan mini lokakarya kecamatan, pelaksanaan program penyediaan data dan sistem informasi keluarga,” jelasnya.
Lanjut dijelaskannya bahwa, kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka percepatan penurunan stunting, yakni pelaksanaan program sekolah pra nikah yang dilaksanakan 75 hari sebelum catin menikah guna pemberian intervensi kepada catin untuk mempersiapkan kehidupan berkeluarga yang sehat secara jasmani dan rohani.
“Dalam hal ini Pemerintah Kota Denpasar bekerjasama dengan yayasan Sukinah Bhawantu dengan WHDI Kota Denpasar telah mengadakan sosialisasi pra nikah sebagai kegiatan pra nikah bagi catin beragama hindu, keterlibatan organisasi wanita dalam percepatan penurunan stunting, sosialisasi pencegahan stunting, perayaan hari keluarga nasional yang bertemakan pencegahan stunting, talkshow bersama dukung ibu hamil menjadi ibu yang paling bahagia, dan rembuk stunting Kota Denpasar, serta pelaksanaan posyandu oleh TP PKK Kota Denpasar,” ungkapnya.
Wakil Walikota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa juga menjelaskan beberapa inovasi Kota Denpasar, yakni Gadar Sakti (gerakan denpasar yang damai dalam upaya percepatan oencegahan dan penurunan stunting, Web siria (sistem informasi ramah ibu dan anak) yang merupakan inovasi pencatatan elektronik dapat merekam data individu baik ibu maupun anak balita dan hasil layanan yang diberikan mulai dari posyandu, puskesmas, BPM, Dokter SPOG, klinik dan rumah sakit sebagai jejaring, Damaskes (denpasar mantab kesehatan masyarakat) merupakan pelayanan tanggap darurat kesehatan masyarakat terhadap ibu hamil, ibu bersalin, anak dan masyarakat lainnya yang membutuhkan pertolongan dalam keadaan darurat.
Selanjutnya, Gemar tersyantik (gerakan jumat minum pil pintar dan cantik) merupakan gerakan minum pil TTD bersama setiap hari jumat di sekolah SMP/SMA pada jam istirahat pertama. Gektri ngeping (gerakan pelayanan triple eliminasi, wajib pemeriksaan laboratorium hepatitis B, sipilis dan HIV/Aids. Kader jumantik merupakan program pencegahan DBD melalui PSN yaitu gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melaksanakan 3 M plus oleh kader jumantik bersama masyarakat.
“Selanjutnya ada mobil konseling Denpasar Ceria, yang merupakan layanan konseling kepada masyarakat “curhat dan cerita kita” membantu berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat oleh tim yang terdiri dari psikolog, tenaga kesehatan. Layanan dilakukan keliling baik di sekolah, tempat tempat umum dan pada saat adanya kegiatan OPD terkait. Kemudian ada Web sipapa.go.id, guna memantau ketersediaan pangan dapat diketahui perkembangannya setiap waktu. Taring dukcapil merupakan layanan untuk memudahkan masyarakat yang ingin mengurus berbagai administrasi kependudukan termasuk paket layanan nikah. Layanan pojok kebaikan (pobia). WA grup imud cantik merupakan grup ibu muda cepatvantisipasi resiko tinggi dan komplikasi pada kehamilan. Kartu kipas cinta adalah kegiatan kunjungan kepada ibu nifas berkualitas. Kelon ibu cetak gentas merupakan program kelas ibu online ibu mencetak generasi sehat dan cerdas. Ngopi sehat bermanja merupakan kegiatan ngobrol happy seputar kehamilan bersama remaja di posyandu remaja. CTI (cepat tanggap semua kasus resiko tinggi). Judika siresti merupakan rujukan dini berencana dengan stiker resiko tinggi bagi ibu hamil. Suka chating merupakan program suami dukung akseptor MKJP cegah anemia dan stunting. Untuk Kota Denpasar sendiri adalah penerima penghargaan sebagai kota dengan tingkat prevalensi stunting terendah se Provinsi Bali,” tukasnya.
(Ari)